Expone Direction, atau orang
menyebutnya ExD, atau juga Expone. Apapun itu, sebutan itu mengarah kepada
kelas 9.1 angkatan 2014-2015. Expone Direction bukan sebuah perkumpulan, juga
bukan komunitas, tapi Expone Direction adalah sebuah keluarga.
Nama Expone Direction tercipta oleh
pemikiran salah satu dari anggotanya, nama ini mengalahkan kandidat yang
lainnya. Nyatanya, nama ini memang nama yang pantas. Mencerminkan atau lebih
tepatnya mendoakan agar anggotanya menjadi seperti rangkain kata yang menyusunnya.
Ya, 'Executive People of Nine One Diligent Relative and Love Action'. Selain
itu, nama ini juga terdengar indah di telinga, nikmat diucapkan lewat mulut.
Nama ini pula yang hingga kini membungkus memori-memori indah di kelas
berkarpet biru maupun di gedung bercat hijau.
Expone Direction, anggotanya dapat
dipastikan dari mulai absen Abdullah Azzam hingga Zhafira Rishanida Azizah.
Anggota Expone Direction dahulunya bisa diketahui lewat tanda merah bertuliskan
angka 1 di lengan kiri seragamnya. Namun, kini tak lagi, anggotanya telah
menggunakan tanda pengenal yang berbeda-beda. Ya, mereka tak lagi seutuhnya
ber'satu'. Anggota Expone kini dapat dikenali lewat jaket biru dongker dengan
paduan warna putih. Jaket beruliskan 'EXPONE DIRECTION' pada bagian punggungnya,
serta nama dan angka 91 pada dada kirinya. Namun, jaket ini bukanlah cara
mengenali anggotanya. Sebab tak seluruhnya mengenakan jaket ini setiap saat.
Atau mungkin ada yang lebih memilih mengenakan jaket lain yang lebih trendy
tentunya.
Expone Direction, dahulu mereka
bersarang di suatu ruangan kelas berkarpet biru dan mempunyai ruangan tambahan.
Kelas mereka terpisah dari kelas lainnya. Dahulu, mereka kerap bersendau gurau
di kelas mereka kala sang pengajar tak menampakkan bayangnya. Sebagian bertukar
cerita, sebagian menambah ilmu, sebagian lagi menendang benda bundar bernama
bola. Ruangan ini menjadi latar bagi ribuan memori indah yang tercipta. Ruangan
yang dihiasi oleh dua pendingin udara, peta dunia di tembok belakang, dan
perlengkapan kelas di tembok kanan kirinya. Ruangan tambahan bernama gudang
yang menjadi tempat bermacam fungsi. Ruangan yang diisi beberapa bangku yang
tak menemukan pasangannya, tumpukan barang bekas, serta debu saksi bisu segala
kejadian. Di hari kamis, ruangan ini beralih fungsi menjadi ruang ganti, di
hari lain, ruangan ini difungsikan sesuai kondisi. Tak jarang tempat ini
menggelar konser pelepas resah. Beberapa anak menyanyikan lagu dan beberapa
lagi membunyikan benda yang bernada indah. Indah, sayang tak sempat terabadikan.
Expone Direction, dahulu mereka
semua akrab. Tapi kini, perlahan satu persatu anggotanya telah menemukan teman
baru. Ya, memang begitu seharusnya kehidupan manusia, harus bisa beradaptasi.
Tapi bagiku yang ditakdirkan sulit beradaptasi, melihat mereka akrab dengan
orang lain bukanlah hal mudah. Kadang begitu serunya hal yang mereka lakukan,
hingga ia seakan tak pernah mengenalku kala ku muncul. Tak masalah, sekali lagi
itu memang keharusan manusia. Tapi apakah harus begini? Lalu apa hanya aku yang
merasakan perubahan mereka?. Kuharap hanya aku, sebab aku tak ingin yang lain
merasakan hal ini. Kucoba ikhlas,walau perihku masih berbekas.
Expone Direction, dahulu mereka saling berjumpa setiap hari.
Bertukar kabar, bahkan bertukar tugas, bahkan bertukar rasa. Tapi kini,
pertemuan menjadi hal yang sangat mahal bagi mereka. Kepadatan jadwal mereka,
membatasi waktu yang tersisa. Sebagian sibuk dengan tugas-tugasnya, sebagian
lagi sibuk dengan prakteknya. Saat sebagian punya waktu luang, sebagian lagi
bahkan tak punya peluang. Sulitnya mengadakan pertemuan, membuat hati menimbun
rindu. Kadang, walau hanya bertemu di perjalanan, namun terasa begitu
melegakan. Beruntung surat kelulusan belumlah sempurna. Ia butuh bekas ketiga
jari kita, ya, inilah kesempatan mereka untuk berkumpul. Namun, tetap saja,
satu-dua orang dari mereka tak tiba diwaktu yang sama. Tak apa, setidaknya
masih ada saat pengambilan ijazah. Nyatanya, sama saja, kesibukan yang tak
mungkin ditinggalkan memaksa sebagiannya tak sanggup hadir di hari yang sama. Tak
apa, tunggu, sadarkah ini adalah kemungkinan terakhir kita bertemu? Kemungkinan
terakhir kalinya kita semua berkumpul. Selepas ini, dapat dipastikan kalian
akan semakin sibuk dengan pendidikan kalian, dan entah kapan tersisa waktu
untuk kita kembali bersama.
Expone Direction, selepas ini, mereka akan semakin sibuk dengan
pelajaran. Semakin teribukkan oleh tugas. Semakin akrab dengan teman barunya.
Semakin nyaman dengan kelas barunya. Dan semakin lupa kalau mereka pernah
bersama. Kelak, cepat atau lambat, mereka akan lupa arti dari ‘EXPONE DIRECTION”.
Akan semakin jarang menggunakan jaket biru dongker. Akan semakin jarang
memandang foto perpisahan atau menonton dvd perpisahan. Dan aku, aku tak bisa
berperilaku sama. Kalian mengenal pribadi seperti apakah aku. Aku akan tetap
mengenakan jaket biru dongker itu, akan memperhatikan kalian tumbuh dewasa,
bersyukur melihat kalian semakin akrab dengan teman baru kalian. Dan melihat
kalian perlahan melupakan ini semua. Berlebihankah? Tapi beginilah aku, bukan
aku yang meminta Tuhan memberikan sifat ini padaku, tapi aku bersyukur, dengan
begini aku punya peran sebagai pemersatu kalian. Terima kasih untuk segalanya,
percayalah kita bisa kembali bersatu tanpa kurang satu orangpun, PERCAYALAH….
No comments:
Post a Comment